Title : FF EXO : THE BROWN AND THE
WHITE MAN Chapter 3
Author : Azmi Evans
Cast : Exo member, Prof. Colin
Morgan, Hanna Morgan, Siwon, Yesung, Kim Airi, all cast.
Genre : Action, sains, brothership,
romance
Episode
sebelumnya…
Kai terdiam membisu di halte
bis, menatap orang yang berlalu lalang. Pikirannya menerawang entah kemana,
tubuhnya penuh luka dan kepalanya memar, Kai terluka namun dia tidak peduli.
Seorang pria tua berwajah asing menghampirinya dan menawarkan bantuan, kai
bingung tak tahu harus menjawab apa, dia teringat pada adiknya yang lemah dan
kelaparan di rumahnya setelah 2 hari tidak makan apa pun. Kai menangis pilu,
pria tua itu meminta kai membawanya kerumah. Terdengar suara jeritan kai,
adiknya pingsan dengan mata terbelalak dan mulut penuh busa, dia keracunan.
Mereka membawanya ke rumah sakit, di situlah kai tahu bahwa pria tua yang
menolongnya bukan orang biasa, tapi dia adalah seorang professor dari luar
Negeri…
Chapter
3
Bring
the destiny
Kai bingung, sudah 3 hari sejak pertemuannya dengan
professor Colin yang sangat baik. Dalam hati Kai merasa tidak enak jika tidak
bisa membalas jasa pada paman itu, meskipun beliau tidak meminta apa pun tapi
tetap saja perasaan kai jadi tidak enak, dia ingin membalas kebaikan orang
asing itu.
Kai berjalan menuju pusat pertokoan dan berhenti
tepat di depan toko Jajangmyun kesukaannya, tanpa berpikir panjang Kai memesan
2 porsi jajangmyun.
“Ahjumma saya pesan dua porsi jajangmyun…” pesan Kai
sambil menunjukkan 2 jari.
“Ne… tunggu sebentar ya ?” jawab bibi penjaga toko.
Setelah mendapatkan 2 bungkus jajangmyun favoritnya
Kai tersenyum senang dan berjalan sambil terus menghirup aroma mie jajang yang
dia beli penuh selera.
“Ehm… enak sekali baunya apalagi rasanya,
wah…wah…wah…” ucap Kai penuh rona kebahagiaan.
Kemarin sore Kyungsoo sudah di perbolehkan pulang
oleh dokter, dia tidak sabar menunggu jajangmyun yang akan di bawa kakaknya
kerumah.
“Annyeonghaseyo…” seru kai di depan pintu rumah.
“Wah… cepat sekali hyung ?” Kyungsoo langsung
berhambur menemui kakaknya di depan pintu yang sudah menunjukan plastic berisi
2 porsi jajangmyun.
“Cepat…cepat hyung sudah lapar.” Ucap Kai sembari
melepas sepatunya dan memilih duduk di sudut lantai gubuk reyot mereka.
“Asyik sekali… tapi hyung dapat uang dari mana ?
bukannya hyung belum bekerja ?” tanya Kyungsoo sambil mengacungkan sumpitnya.
“Memang belum, tapi ini di beli pakai uang prof.
Colin.” Jawab kai enteng.
“Dia memberi hyung uang ?”
“Iya, kenapa ?”
“Wah… aku jadi merasa tidak enak, lebih baik kita
kembalikan saja uangnya.” Ucap Kyungsoo.
“Mau diganti pakai apa ? uangnya sudah di pakai buat
beli beras dan mie ini, sudah tinggal sedikit. Lagi pula kaukan tahu hyung
belum dapat pekerjaan.”
“Benar juga, tapi setidaknya kita bisa melakukan
sesuatu buat paman itu. Kita datangi saja rumahnya.”
“Tidak tahu rumahnya.”
“Nomor teleponnya ?”
“Tidak … oh iya waktu itu dia memberikan kertas
ini.” kai merogoh saku celananya dan
menemukan secarik kertas bertuliskan nomor telepon dan alamat rumah.
“Adakan ? kenapa tadi di bilang tidak ada ?” tanya
Kyungsoo menyindir.
“Maaf… tadi kelupaan, ya sudah setelah ini biar
hyung ke rumah paman itu.”
“Aku ikut hyung…” pinta Kyungsoo.
“Tidak usah, kau di rumah saja. Dokter bilang kau
harus banyak beristirahat, mengerti ?” kai beranjak sembari membetulkan
celananya yang kedodoran, menyisir rambutnya dan memakai jaket tebal.
“Kalau begitu hyung pergi dulu ya ? hati-hati di
rumah.” Kai beranjak pergi meninggalkan rumahnya.
“Ne hyung, hati-hati…” teriak Kyungsoo sambil
melambaikan tangan.
Kai mebaca alamat rumah itu dengan seksama, mencari-cari
nomor rumah yang pas. Celinga celingu seperti pencuri yang mengintai rumah
korbannya.
“Daebak… waw besar sekali rumah ini, amazing…” Kai
takjub melihat sebuah bangunan megah dengan halaman luas melebihi 2 kali
lapangan sepak bola dan pagar tinggi berwarna emas.
“Permisi…!” teriak Kai pada seorang security yang
berjaga di depan pagar rumah itu.
“Iya, ada yang bisa saya bantu ?” Security itu
menjawab sembari melangkah menghampiri Kai.
“Maaf… apa benar ini rumah Profesor Colin Morgan ?”
“Iya benar, ada perlu apa ?”
“Ehm… saya ingin bertemu beliau.” Jawab Kai gugup.
“Kalau boleh saya tahu, anda ada perlu apa dengan
tuan besar ?” tanya security itu memandang kai dengan tatapan tajam. Sesekali
dia melirik penampilan Kai yang seperti rongsokan, memakai celana jeans hitam
dengan banyak sobekan dan jaket tebal yang banyak bekas jahitannya.
“Katakan saja saya Kim Jongin, orang yang sudah di
tolong Profesor Colin beberapa hari yang lalu. Saya ingin bertemu beliau.”
“Baiklah, tunggu di sini sebentar.” Security itu
masuk kedalam rumah mewah itu membiarkan Kai seorang diri di depan pagar.
Security yang lain hanya memandangnya penuh curiga.
Beberapa menit kemudian security yang tadi kembali
sambil setengah berlari menghampiri Kai yang berdiri di dekat pohon besar.
“Baiklah, kamu boleh masuk.”
“Oh… terima kasih.” Kai tersenyum sumringah karena
di izinkan masuk,dia berjalan sambil memandang sekeliling rumah mewah yang
sangat luar biasa itu.
“Halo Jongin ? sapa professor Colin yang tengah
duduk di ruang tengah.
“Selamat siang professor, apa kabar ?” sapa Kai
gugup, dia salah tingkah setelah bertemu professor.
“Baik, bagaimana kabarmu dan Kyungsoo ? apa dia
sudah sehat ?”
“Iya, dia sudah sehat. Hanya perlu beristirahat
saja.” Jawab kai.
“Ayo silahkah duduk Jongin, kenapa berdiri saja
disitu ? Eun sa tolong buatkan minuman yang enak untuk tamu kita…” teriak
Professor Colin meminta pembantunya membuatkan minuman.
“Syukurlah kalau begitu. Terus kenapa kamu tiba-tiba
datang ?”
“Sebenarnya saya ingin berterima kasih pada Profesor
dan juga Dio, dia juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.”
“Iya, tidak apa-apa. Paman senang bisa menolong
kalian.”
“Profesor jika ada yang bisa saya lakukan, katakan
saja. Sebagai balas jasa saya akan melakukan apa saja.” Ucap Kai. Profesor
Colin tertegun mendengar pernyataan anak muda itu.
“Berapa usiamu Kai ?”
“18 tahun.”
“Apa sebelumnya kau pernah sekolah ?”
“Ya… saya sekolah, tapi 6 bulan yang lalu saya
berhenti semenjak ayah saya masuk penjara.” Jawab Kai, dia merasa malu mengakui
keberadaannya sendiri di depan orang lain.
“Apa kau ingin sekolah lagi ?” tanya profesor dengan
wajah yang serius, dia memandang wajah Kai yang polos namun menyimpan banyak
beban.
“Iya, tentu saja.” Jawab kai, wajahnya tertunduk
sedih.
“Kalau begitu besok bawa adikmu ke rumah ini.”
“Ke…kenapa ?”
“Karena paman ingin kau dan adikmu tinggal di rumah
ini.”
“Apa ? ta…tapi…”
“Tidak ada tapi-tapian, rumah ini sangat sepi. Semua
orang sibuk bekerja termaksud cucuku.”
“Profesor sudah punya cucu ?” tanya Kai heran.
“Hahaha… tentu saja, cucuku sesusia denganmu namanya
Sehun. Dia sekolah di SMU International of Seoul dan dia juga seorang artis.”
Jawab pak tua itu.
“Tapi bagaimana dengan orang tuanya ? apa mereka
tidak marah jika saya tinggal di sini dengan Cuma-Cuma. Zaman sekarang mana ada
yang gratis.”
“Jadi kau ingin bekerja disini ?”
“Bu…bukan begitu, maksud saya…” jawab Kai
terbata-bata.
“Hahaha…. Kalau kau memang ingin bekerja, besok akan
paman beritahu apa pekerjaan yang cocok untukmu, kau mau ?”
“Baiklah, saya mengerti. Kalau begitu saya permisi
dulu, terima kasih atas kebaikannya.” Ucap Kai seraya membungkukkan badannya.
“Iya, hati-hati ya ? jangan lupa besok kau harus
datang.” Teriak pak tua itu sambil tertawa.
Sebenarnya dia punya rencana khusus untuk Kai, dan
rencana itu akan dia lakukan sebentar lagi, tentu saja tanpa sepengetahuan Kai.
“Dasar professor aneh, kerjanya hanya tertawa-tawa
saja. Apa dia benar-benar professor ?” batin Kai, dia berjalan seorang diri
menyusuri jalan setapak.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita, Kai
terkejut ketika melihat 4 orang pria mengganggu wanita paruh baya. Mereka
seperti menodongnya dengan pisau dan menarik tas yang di peluknya.
“Apa-apan itu ?” Kai bersembunyi di balik pepohonan
sambil melihat sekitar tak ada satu orang pun di tempat ini bahkan untuk
mendengar teriakan wanita itu.
“Tolong…. “ teriak wanita malang itu histeris. Kai
merasa geram, percuma menunggu orang lain untuk menolong perempuan itu Kai
harus bertindak sendirian.
“Minggir….” Teriak Kai mendorong salah satu
laki-laki bertubuh tinggi.
“Apa-apaan kau ? kau pikir kau siapa ? brengsek…”
teriak pria itu emosi dan mulai melayangkan tinju ke wajah kai, namun kai tidak
selemah itu dengan sigap dia tangkis pukulan itu dengan tangan kirinya dan
membalas sebuah tinju dengan tangan kanannya.
“Brukkk….” Pria jangkuk itu berhasil tersungkur
dengan pukulan Kai yang sangat kuat.
2 pria yang lain diam ketakutan melihat temannya
yang ambruk dengan luka lebam di wajahnya. Temannya yang lain mencoba membantu
namun tetap tidak bisa melawan kekuatan kai yang ganas, sungguh bukan orang
biasa.
“Gawat… sekarang bagaimana ?” bisik laki-laki
berkulit putih pada temannya yang agak pendek.
“Mana aku tahu, Chanyeol saja kalah dengan pria
hitam itu.” Jawab cowok bertubuh lebih kecil.
“Kita lari saja, dari pada mati di hajar dia.”
“Ok, hitungan ketiga kita lari. Satu…dua…lari…”
teriak cowok berpipi tembem sambil lari terbirit-birit di ikuti kedua temannya.
“Hoi… mau kemana kalian ? dasar pengecut…” teriak
Kai.
Laki-laki jangkung itu masih tergeletak tidak
berdaya sambil pura-pura menutup mata agar tidak kembali di hajar.
“Aduh gawat…” batinnya, dia berharap Kai segera
pergi dari tempat itu.
“Bibi baik-baik saja ? apa ada yang terluka ?” tanya
Kai pada wanita yang di tolongnya.
“I…iya terima kasih, kalau begitu saya permisi.”
Wanita itu ketakutan, bukannya senang di tolong dia malah takut dan segera
pergi meninggalkan jejak.
“Bagaimana dengan orang ini ? apa aku biarkan saja
ya ?” ucap kai pelan, dia berdiri sambil menendang nendang tubuh si jangkuk
yang tergeletak di atas rumput.
“Pergi sana… pergi sana…” batin Chanyeol. Tubuhnya
gemetar, keringat dinginnya mengalir
deras. Chanyeol menelan ludah dan bunyinya sampai dengar ke telinga Kai.
Kai tersenyum mendengus dan mulai menyadari sesuatu,
pria jangkung ini mengerjainya. Kai punya rencana yang lebih jitu untuk
membalas tukang todong seperti dia.
%%%
“Huh… capek, sudah berlari tapi masih saja aku
takut.” Ucap Baekhyun sambil memegang
lututnya dengan nafas terengah-engah.
“Wajah anak itu seram sekali, penampilannya juga
mirip gelandangan.” Sambung Suho.
“Sudahlah, sekarang kita pikirkan bagaimana nasib
Chanyeol.” Xiumin memegang dadanya yang masih terasa sesak.
“Oh iya… bagaimana dia ya ? jika di biarkan, anak
hitam itu bisa membakarnya hidup-hidup.” Ucap Baekhyun histeris.
“Lebay sekali kau, kita lapor professor saja.” Saran
Suho.
“Lagi pula ini semua gara-gara pak tua itu, kita
harus bersusah payah seperti ini. Sebenarnya untuk apa sih ?” tanya Baekhyun
geram, tenaganya hampir habis karena berlari pontang panting menghindari anak
hitam itu.
“Tidak tahu, lebih baik kita temui saja beliau.” Sambung
Xiumin dengan gaya cool.
Ketiga anak muda itu memilih untuk menemui professor
Colin dari pada menghadapi bocah ganas itu. Meskipun mereka bertiga tapi nyali
mereka cukup ciut jika menghadapi kebrutalan anak itu. Dia mengahjar orang
seperti banteng yang mengejar matadornya, sungguh buas. Membayangkannya saja
membuat mereka harus menelan ludah berkali-kali.
Di lain tempat Chanyeol yang masih betah terkapar
memilih untuk tetap diam dan tidak membuka suara sampai Kai pergi
meninggalkannya. Kai yang sudah mengetahui bahwa pria jangkung itu Cuma pura-pura
pingsan dia malah berniat membully dengan cara yang cukup ekstrim.
Kai mencabut beberapa rumput dan memasukkannya ke
lubang telinga dan lubang hidung Chanyeol. Tentu saja itu membuat Chanyeol
merasa geli yang luar biasa.
“Aduh… sial, dia sengaja ya ?” batin Chanyeol, namun
Chanyeol berusaha menahan sekuat tenaga agar tidak di hajar si bocah tengik
itu.
“Hihihi… rasakan, mau pura-pura pingsan sampai kapan
kau bodoh ?” tawa kai cekikikan, dia merasakan kepuasaan yang luar biasa.
Kejahilan Kai tidak berhenti sampai di situ, dia
merentangkan kedua lengan Chanyeol ke atas dan memiringkan kepala Chanyeol ke
kanan sehingga Chanyeol mencium ketiaknya sendiri, di tambah lagi ketiaknya
sudah basah oleh keringatnya.
“Sial…sial…” pekik Chanyeol dalam hati, tidak tahu
sampai kapan dia harus bertahan.
“Hihihi… rasakan hasil keringatmu sendiri. Emang
enak ?” tawa Kai semakin menjadi jadi membuat Chanyeol semakin menderita.
Melihat kesungguhan Chanyeol yang masih memilih
untuk bungkam, Kai mengambil tindakan ekstrim. Dia buka sepatunya dan
mengambil kaus kakinya yang hampir tidak pernah dia cuci sama sekali, bisa di
bayangkan bagaimana baunya. Kai meletakkan kaus kakinya ke wajah Chanyeol dan
menunggu bagaimana reaksi Chanyeol selanjutnya, masih memilih diamkah atau
berteriak.
“Hemp… bau bangkai apa ini ? seperti bau bangkai
setan, tunggu… apa setan ada baunya ? aduh sial… bau sekali…” Chanyeol meronta
dalam benaknya, seolah-olah dia akan segera mati.
“Hebat juga dia…” ucap Kai kagum.
Bau busuk itu lama kelamaan sudah tidak bisa di
tolerir lagi, sungguh bukan bau manusia pada umumnya. Wajah Chanyeol memerah,
hidungnya tersumbat karena di penuhi bau kaus kaki Kai, belum lagi isi perutnya
yang rasanya mau melompat keluar.
“Huek……” teriak Chanyeol, dia terbatuk batuk menahan
sesak yang luar biasa.
“Nah… ternyata kau pura-pura pingsankan ?”
“Enak saja, semua orang akan sadar kalau mencium bau
busuk seperti itu.” Bantah Chanyeol tidak terima.
“Bersiap-siaplah kau, rasakan ini…” Kai menindih
tubuh Chanyeol dan membuka jaket yang dia pakai. Kai merentangkan tangannya dan
mengusap-usap ketiaknya ke wajah chanyeol.
“Wah… apa-apaan ini… tolong…” teriak Chanyeol
histeris. Belum lagi bau kaus kaki itu hilang sekarang datang bau ketiak yang
minta ampun baunya.
“Cium ini…cium…”Kai semakin brutal dan mengganas
menggosok-gosokkan ketiaknya ke wajah orang, sungguh luar biasa sekali
tingkahnya.
“Bau sekali…. Tolong… tolong ampuni aku, jangan
bunuh aku…” pinta Chanyeol memelas.
“Hei hentikan itu…” teriak seseorang dari kejauhan.
Profesor Colin sudah berdiri di ujung jalan bersama ketiga pemuda yang kabur
tadi.
“Jongin sudah cukup, hentikan…” teriak Profesor
Colin sambil melangkah menghampiri Kai.
“Profesor…?” Kai bingung, kenapa professor bisa
datang bersama ketiga bocah tengil itu.
“Tolong aku professor…” teriak Chanyeol merintih.
“Kalian ternyata menangkap professor ya ? tidak bisa
di maafkan, kuhajar kalian…” teriak Kai semakin brutal, dia berlari cepat
menghampiri ketiga pemuda tengil yang sudah terjongkok ketakutan.
“Hentikan…” kali ini teriakan professor Colin mampu
menghentikan gerakan Kai, dia berhasil membuat Kai terdiam.
“Kenapa Profesor ?” tanya kai kebingungan. Dia tidak
mengerti kenapa Profesor Colin menghentikannya.
Wanita paruh baya yang dia tolong tadi datang dengan
kepala tertunduk, dia seperti takut dan malu.
“Bibi ? kenapa bibi ada bersama mereka ?” tanya kai semakin
bertambah bingung, wanita itu tidak menjawab dia hanya diam seribu bahasa.
“Jongin, paman minta maaf karena sudah membuatmu
bingung.”
“Sebenarnya ada apa professor ?”
“Sebenarnya paman hanya menguji jati dirimu, paman
ingin tahu bagaimana sifatmu yang sesungguhnya. Di luar dugaan, ternyata kau
anak yang hebat, kau kuat dan pemberani. Meski sendirian kau mampu mengalahkan
4 orang sekaligus.” Jawab Profesor Colin. Kai hanya menganga lebar mendengar
penjelasan yang tidak bisa di serap otaknya.
“Ja…jadi… semua ini hanya pura-pura ?”
“Benar, kalau begitu kau lulus.” Jawab Profesor
Colin.
“Lulus apa ?” Kai melongo bingung, tidak mengerti
situasi sama sekali.
“Mulai sekarang kau di nyatakan lulus sebagai bodyguard
atau penjaga yang paling tepat.”
“Bodyguard ? aku jadi bodyguard ?” tanya kai tidak
percaya, dia sedikit senang dan bangga akan status itu.
“Iya, mulai sekarang kau paman pekerjakan untuk
seseorang. Kau siap ?”
“Siap, tapi aku harus menjaga siapa ? menjaga paman
?”
“Bukan, kau harus menajga cucuku.” Jawab profesor Colin
dengan santai sambil berbalik arah.
“Apa… ???” teriak kai, bukan hanya kai tapi juga
keempat anak muda itu ikut terkejut dengan alasan yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan mereka.
Next…