Selasa, 04 November 2014

FF EXO : THE BROWN AND THE WHITE MAN Chapter 3






Title                 : FF EXO : THE BROWN AND THE WHITE MAN Chapter 3
Author             : Azmi Evans
Cast                 : Exo member, Prof. Colin Morgan, Hanna Morgan, Siwon, Yesung, Kim Airi, all cast.
Genre              : Action, sains, brothership, romance

Episode sebelumnya…
Kai terdiam membisu di halte bis, menatap orang yang berlalu lalang. Pikirannya menerawang entah kemana, tubuhnya penuh luka dan kepalanya memar, Kai terluka namun dia tidak peduli. Seorang pria tua berwajah asing menghampirinya dan menawarkan bantuan, kai bingung tak tahu harus menjawab apa, dia teringat pada adiknya yang lemah dan kelaparan di rumahnya setelah 2 hari tidak makan apa pun. Kai menangis pilu, pria tua itu meminta kai membawanya kerumah. Terdengar suara jeritan kai, adiknya pingsan dengan mata terbelalak dan mulut penuh busa, dia keracunan. Mereka membawanya ke rumah sakit, di situlah kai tahu bahwa pria tua yang menolongnya bukan orang biasa, tapi dia adalah seorang professor dari luar Negeri…


Chapter 3
Bring the destiny


Kai bingung, sudah 3 hari sejak pertemuannya dengan professor Colin yang sangat baik. Dalam hati Kai merasa tidak enak jika tidak bisa membalas jasa pada paman itu, meskipun beliau tidak meminta apa pun tapi tetap saja perasaan kai jadi tidak enak, dia ingin membalas kebaikan orang asing itu.
Kai berjalan menuju pusat pertokoan dan berhenti tepat di depan toko Jajangmyun kesukaannya, tanpa berpikir panjang Kai memesan 2 porsi jajangmyun.
“Ahjumma saya pesan dua porsi jajangmyun…” pesan Kai sambil menunjukkan 2 jari.
“Ne… tunggu sebentar ya ?” jawab bibi penjaga toko.
Setelah mendapatkan 2 bungkus jajangmyun favoritnya Kai tersenyum senang dan berjalan sambil terus menghirup aroma mie jajang yang dia beli penuh selera.
“Ehm… enak sekali baunya apalagi rasanya, wah…wah…wah…” ucap Kai penuh rona kebahagiaan.
Kemarin sore Kyungsoo sudah di perbolehkan pulang oleh dokter, dia tidak sabar menunggu jajangmyun yang akan di bawa kakaknya kerumah.
“Annyeonghaseyo…” seru kai di depan pintu rumah.
“Wah… cepat sekali hyung ?” Kyungsoo langsung berhambur menemui kakaknya di depan pintu yang sudah menunjukan plastic berisi 2 porsi jajangmyun.
“Cepat…cepat hyung sudah lapar.” Ucap Kai sembari melepas sepatunya dan memilih duduk di sudut lantai gubuk reyot mereka.
“Asyik sekali… tapi hyung dapat uang dari mana ? bukannya hyung belum bekerja ?” tanya Kyungsoo sambil mengacungkan sumpitnya.
“Memang belum, tapi ini di beli pakai uang prof. Colin.” Jawab kai enteng.
“Dia memberi hyung uang ?”
“Iya, kenapa ?”
“Wah… aku jadi merasa tidak enak, lebih baik kita kembalikan saja uangnya.” Ucap Kyungsoo.
“Mau diganti pakai apa ? uangnya sudah di pakai buat beli beras dan mie ini, sudah tinggal sedikit. Lagi pula kaukan tahu hyung belum dapat pekerjaan.”
“Benar juga, tapi setidaknya kita bisa melakukan sesuatu buat paman itu. Kita datangi saja rumahnya.”
“Tidak tahu rumahnya.”
“Nomor teleponnya ?”
“Tidak … oh iya waktu itu dia memberikan kertas ini.”  kai merogoh saku celananya dan menemukan secarik kertas bertuliskan nomor telepon dan alamat rumah.
“Adakan ? kenapa tadi di bilang tidak ada ?” tanya Kyungsoo menyindir.
“Maaf… tadi kelupaan, ya sudah setelah ini biar hyung ke rumah paman itu.”
“Aku ikut hyung…” pinta Kyungsoo.
“Tidak usah, kau di rumah saja. Dokter bilang kau harus banyak beristirahat, mengerti ?” kai beranjak sembari membetulkan celananya yang kedodoran, menyisir rambutnya dan memakai jaket tebal.
“Kalau begitu hyung pergi dulu ya ? hati-hati di rumah.” Kai beranjak pergi meninggalkan rumahnya.
“Ne hyung, hati-hati…” teriak Kyungsoo sambil melambaikan tangan.
Kai mebaca alamat rumah itu dengan seksama, mencari-cari nomor rumah yang pas. Celinga celingu seperti pencuri yang mengintai rumah korbannya.
“Daebak… waw besar sekali rumah ini, amazing…” Kai takjub melihat sebuah bangunan megah dengan halaman luas melebihi 2 kali lapangan sepak bola dan pagar tinggi berwarna emas.
“Permisi…!” teriak Kai pada seorang security yang berjaga di depan pagar rumah itu.
“Iya, ada yang bisa saya bantu ?” Security itu menjawab sembari melangkah menghampiri Kai.
“Maaf… apa benar ini rumah Profesor Colin Morgan ?”
“Iya benar, ada perlu apa ?”
“Ehm… saya ingin bertemu beliau.” Jawab Kai gugup.
“Kalau boleh saya tahu, anda ada perlu apa dengan tuan besar ?” tanya security itu memandang kai dengan tatapan tajam. Sesekali dia melirik penampilan Kai yang seperti rongsokan, memakai celana jeans hitam dengan banyak sobekan dan jaket tebal yang banyak  bekas jahitannya.
“Katakan saja saya Kim Jongin, orang yang sudah di tolong Profesor Colin beberapa hari yang lalu. Saya ingin bertemu beliau.”
“Baiklah, tunggu di sini sebentar.” Security itu masuk kedalam rumah mewah itu membiarkan Kai seorang diri di depan pagar. Security yang lain hanya memandangnya penuh curiga.
Beberapa menit kemudian security yang tadi kembali sambil setengah berlari menghampiri Kai yang berdiri di dekat pohon besar.
“Baiklah, kamu boleh masuk.”
“Oh… terima kasih.” Kai tersenyum sumringah karena di izinkan masuk,dia berjalan sambil memandang sekeliling rumah mewah yang sangat luar biasa itu.
“Halo Jongin ? sapa professor Colin yang tengah duduk di ruang tengah.
“Selamat siang professor, apa kabar ?” sapa Kai gugup, dia salah tingkah setelah bertemu professor.
“Baik, bagaimana kabarmu dan Kyungsoo ? apa dia sudah sehat ?”
“Iya, dia sudah sehat. Hanya perlu beristirahat saja.” Jawab kai.
“Ayo silahkah duduk Jongin, kenapa berdiri saja disitu ? Eun sa tolong buatkan minuman yang enak untuk tamu kita…” teriak Professor Colin meminta pembantunya membuatkan minuman.
“Syukurlah kalau begitu. Terus kenapa kamu tiba-tiba datang ?”
“Sebenarnya saya ingin berterima kasih pada Profesor dan juga Dio, dia juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.”
“Iya, tidak apa-apa. Paman senang bisa menolong kalian.”
“Profesor jika ada yang bisa saya lakukan, katakan saja. Sebagai balas jasa saya akan melakukan apa saja.” Ucap Kai. Profesor Colin tertegun mendengar pernyataan anak muda itu.
“Berapa usiamu Kai ?”
“18 tahun.”
“Apa sebelumnya kau pernah sekolah ?”
“Ya… saya sekolah, tapi 6 bulan yang lalu saya berhenti semenjak ayah saya masuk penjara.” Jawab Kai, dia merasa malu mengakui keberadaannya sendiri di depan orang lain.
“Apa kau ingin sekolah lagi ?” tanya profesor dengan wajah yang serius, dia memandang wajah Kai yang polos namun menyimpan banyak beban.
“Iya, tentu saja.” Jawab kai, wajahnya tertunduk sedih.
“Kalau begitu besok bawa adikmu ke rumah ini.”
“Ke…kenapa ?”
“Karena paman ingin kau dan adikmu tinggal di rumah ini.”
“Apa ? ta…tapi…”
“Tidak ada tapi-tapian, rumah ini sangat sepi. Semua orang sibuk bekerja termaksud cucuku.”
“Profesor sudah punya cucu ?” tanya Kai heran.
“Hahaha… tentu saja, cucuku sesusia denganmu namanya Sehun. Dia sekolah di SMU International of Seoul dan dia juga seorang artis.” Jawab pak tua itu.
“Tapi bagaimana dengan orang tuanya ? apa mereka tidak marah jika saya tinggal di sini dengan Cuma-Cuma. Zaman sekarang mana ada yang gratis.”
“Jadi kau ingin bekerja disini ?”
“Bu…bukan begitu, maksud saya…” jawab Kai terbata-bata.
“Hahaha…. Kalau kau memang ingin bekerja, besok akan paman beritahu apa pekerjaan yang cocok untukmu, kau mau ?”
“Baiklah, saya mengerti. Kalau begitu saya permisi dulu, terima kasih atas kebaikannya.” Ucap Kai seraya membungkukkan badannya.
“Iya, hati-hati ya ? jangan lupa besok kau harus datang.” Teriak pak tua itu sambil tertawa.
Sebenarnya dia punya rencana khusus untuk Kai, dan rencana itu akan dia lakukan sebentar lagi, tentu saja tanpa sepengetahuan Kai.
“Dasar professor aneh, kerjanya hanya tertawa-tawa saja. Apa dia benar-benar professor ?” batin Kai, dia berjalan seorang diri menyusuri jalan setapak.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita, Kai terkejut ketika melihat 4 orang pria mengganggu wanita paruh baya. Mereka seperti menodongnya dengan pisau dan menarik tas yang di peluknya.
“Apa-apan itu ?” Kai bersembunyi di balik pepohonan sambil melihat sekitar tak ada satu orang pun di tempat ini bahkan untuk mendengar teriakan wanita itu.
“Tolong…. “ teriak wanita malang itu histeris. Kai merasa geram, percuma menunggu orang lain untuk menolong perempuan itu Kai harus bertindak sendirian.
“Minggir….” Teriak Kai mendorong salah satu laki-laki bertubuh tinggi.
“Apa-apaan kau ? kau pikir kau siapa ? brengsek…” teriak pria itu emosi dan mulai melayangkan tinju ke wajah kai, namun kai tidak selemah itu dengan sigap dia tangkis pukulan itu dengan tangan kirinya dan membalas sebuah tinju dengan tangan kanannya.
“Brukkk….” Pria jangkuk itu berhasil tersungkur dengan pukulan Kai yang sangat kuat.
2 pria yang lain diam ketakutan melihat temannya yang ambruk dengan luka lebam di wajahnya. Temannya yang lain mencoba membantu namun tetap tidak bisa melawan kekuatan kai yang ganas, sungguh bukan orang biasa.
“Gawat… sekarang bagaimana ?” bisik laki-laki berkulit putih pada temannya yang agak pendek.
“Mana aku tahu, Chanyeol saja kalah dengan pria hitam itu.” Jawab cowok bertubuh lebih kecil.
“Kita lari saja, dari pada mati di hajar dia.”
“Ok, hitungan ketiga kita lari. Satu…dua…lari…” teriak cowok berpipi tembem sambil lari terbirit-birit di ikuti kedua temannya.
“Hoi… mau kemana kalian ? dasar pengecut…” teriak Kai.
Laki-laki jangkung itu masih tergeletak tidak berdaya sambil pura-pura menutup mata agar tidak kembali di hajar.
“Aduh gawat…” batinnya, dia berharap Kai segera pergi dari tempat itu.
“Bibi baik-baik saja ? apa ada yang terluka ?” tanya Kai pada wanita yang di tolongnya.
“I…iya terima kasih, kalau begitu saya permisi.” Wanita itu ketakutan, bukannya senang di tolong dia malah takut dan segera pergi meninggalkan jejak.
“Bagaimana dengan orang ini ? apa aku biarkan saja ya ?” ucap kai pelan, dia berdiri sambil menendang nendang tubuh si jangkuk yang tergeletak di atas rumput.
“Pergi sana… pergi sana…” batin Chanyeol. Tubuhnya gemetar, keringat dinginnya  mengalir deras. Chanyeol menelan ludah dan bunyinya sampai dengar ke telinga Kai.
Kai tersenyum mendengus dan mulai menyadari sesuatu, pria jangkung ini mengerjainya. Kai punya rencana yang lebih jitu untuk membalas tukang todong seperti dia.     


                                                         %%%

“Huh… capek, sudah berlari tapi masih saja aku takut.”  Ucap Baekhyun sambil memegang lututnya dengan nafas terengah-engah.
“Wajah anak itu seram sekali, penampilannya juga mirip gelandangan.” Sambung Suho.
“Sudahlah, sekarang kita pikirkan bagaimana nasib Chanyeol.” Xiumin memegang dadanya yang masih terasa sesak.
“Oh iya… bagaimana dia ya ? jika di biarkan, anak hitam itu bisa membakarnya hidup-hidup.” Ucap Baekhyun histeris.
“Lebay sekali kau, kita lapor professor saja.” Saran Suho.
“Lagi pula ini semua gara-gara pak tua itu, kita harus bersusah payah seperti ini. Sebenarnya untuk apa sih ?” tanya Baekhyun geram, tenaganya hampir habis karena berlari pontang panting menghindari anak hitam itu.
“Tidak tahu, lebih baik kita temui saja beliau.” Sambung Xiumin dengan gaya cool.
Ketiga anak muda itu memilih untuk menemui professor Colin dari pada menghadapi bocah ganas itu. Meskipun mereka bertiga tapi nyali mereka cukup ciut jika menghadapi kebrutalan anak itu. Dia mengahjar orang seperti banteng yang mengejar matadornya, sungguh buas. Membayangkannya saja membuat mereka harus menelan ludah berkali-kali.
Di lain tempat Chanyeol yang masih betah terkapar memilih untuk tetap diam dan tidak membuka suara sampai Kai pergi meninggalkannya. Kai yang sudah mengetahui bahwa pria jangkung itu Cuma pura-pura pingsan dia malah berniat membully dengan cara yang cukup ekstrim.
Kai mencabut beberapa rumput dan memasukkannya ke lubang telinga dan lubang hidung Chanyeol. Tentu saja itu membuat Chanyeol merasa geli yang luar biasa.
“Aduh… sial, dia sengaja ya ?” batin Chanyeol, namun Chanyeol berusaha menahan sekuat tenaga agar tidak di hajar si bocah tengik itu.
“Hihihi… rasakan, mau pura-pura pingsan sampai kapan kau bodoh ?” tawa kai cekikikan, dia merasakan kepuasaan yang luar biasa.
Kejahilan Kai tidak berhenti sampai di situ, dia merentangkan kedua lengan Chanyeol ke atas dan memiringkan kepala Chanyeol ke kanan sehingga Chanyeol mencium ketiaknya sendiri, di tambah lagi ketiaknya sudah basah oleh keringatnya.
“Sial…sial…” pekik Chanyeol dalam hati, tidak tahu sampai kapan dia harus bertahan.
“Hihihi… rasakan hasil keringatmu sendiri. Emang enak ?” tawa Kai semakin menjadi jadi membuat Chanyeol semakin menderita.
Melihat kesungguhan Chanyeol yang masih memilih untuk bungkam, Kai mengambil tindakan ekstrim. Dia buka sepatunya dan mengambil kaus kakinya yang hampir tidak pernah dia cuci sama sekali, bisa di bayangkan bagaimana baunya. Kai meletakkan kaus kakinya ke wajah Chanyeol dan menunggu bagaimana reaksi Chanyeol selanjutnya, masih memilih diamkah atau berteriak.
“Hemp… bau bangkai apa ini ? seperti bau bangkai setan, tunggu… apa setan ada baunya ? aduh sial… bau sekali…” Chanyeol meronta dalam benaknya, seolah-olah dia akan segera mati.
“Hebat juga dia…” ucap Kai kagum.
Bau busuk itu lama kelamaan sudah tidak bisa di tolerir lagi, sungguh bukan bau manusia pada umumnya. Wajah Chanyeol memerah, hidungnya tersumbat karena di penuhi bau kaus kaki Kai, belum lagi isi perutnya yang rasanya mau melompat keluar.
“Huek……” teriak Chanyeol, dia terbatuk batuk menahan sesak yang luar biasa.
“Nah… ternyata kau pura-pura pingsankan ?”
“Enak saja, semua orang akan sadar kalau mencium bau busuk seperti itu.” Bantah Chanyeol tidak terima.
“Bersiap-siaplah kau, rasakan ini…” Kai menindih tubuh Chanyeol dan membuka jaket yang dia pakai. Kai merentangkan tangannya dan mengusap-usap ketiaknya ke wajah chanyeol.
“Wah… apa-apaan ini… tolong…” teriak Chanyeol histeris. Belum lagi bau kaus kaki itu hilang sekarang datang bau ketiak yang minta ampun baunya.
“Cium ini…cium…”Kai semakin brutal dan mengganas menggosok-gosokkan ketiaknya ke wajah orang, sungguh luar biasa sekali tingkahnya.
“Bau sekali…. Tolong… tolong ampuni aku, jangan bunuh aku…” pinta Chanyeol memelas.
“Hei hentikan itu…” teriak seseorang dari kejauhan. Profesor Colin sudah berdiri di ujung jalan bersama ketiga pemuda yang kabur tadi.
“Jongin sudah cukup, hentikan…” teriak Profesor Colin sambil melangkah menghampiri Kai.
“Profesor…?” Kai bingung, kenapa professor bisa datang bersama ketiga bocah tengil itu.
“Tolong aku professor…” teriak Chanyeol merintih.
“Kalian ternyata menangkap professor ya ? tidak bisa di maafkan, kuhajar kalian…” teriak Kai semakin brutal, dia berlari cepat menghampiri ketiga pemuda tengil yang sudah terjongkok ketakutan.
“Hentikan…” kali ini teriakan professor Colin mampu menghentikan gerakan Kai, dia berhasil membuat Kai terdiam.
“Kenapa Profesor ?” tanya kai kebingungan. Dia tidak mengerti kenapa Profesor Colin menghentikannya.
Wanita paruh baya yang dia tolong tadi datang dengan kepala tertunduk, dia seperti takut dan malu.
“Bibi ? kenapa bibi ada bersama mereka ?” tanya kai semakin bertambah bingung, wanita itu tidak menjawab dia hanya diam seribu bahasa.
“Jongin, paman minta maaf karena sudah membuatmu bingung.”
“Sebenarnya ada apa professor ?”
“Sebenarnya paman hanya menguji jati dirimu, paman ingin tahu bagaimana sifatmu yang sesungguhnya. Di luar dugaan, ternyata kau anak yang hebat, kau kuat dan pemberani. Meski sendirian kau mampu mengalahkan 4 orang sekaligus.” Jawab Profesor Colin. Kai hanya menganga lebar mendengar penjelasan yang tidak bisa di serap otaknya.
“Ja…jadi… semua ini hanya pura-pura ?”
“Benar, kalau begitu kau lulus.” Jawab Profesor Colin.
“Lulus apa ?” Kai melongo bingung, tidak mengerti situasi sama sekali.
“Mulai sekarang kau di nyatakan lulus sebagai bodyguard atau penjaga yang paling tepat.”
“Bodyguard ? aku jadi bodyguard ?” tanya kai tidak percaya, dia sedikit senang dan bangga akan status itu.
“Iya, mulai sekarang kau paman pekerjakan untuk seseorang. Kau siap ?”
“Siap, tapi aku harus menjaga siapa ? menjaga paman ?”
“Bukan, kau harus menajga cucuku.” Jawab profesor Colin dengan santai sambil berbalik arah.
“Apa… ???” teriak kai, bukan hanya kai tapi juga keempat anak muda itu ikut terkejut dengan alasan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka.





Next…





Senin, 03 November 2014

FF EXO : THE BROWN AND THE WHITE MAN CHAPTER 2












udul      : The Brown and The White  Chapter 2
Author  : Azmi Evans
Cast      : Exo member, Prof. Colin Morgan, Hanna Morgan, Shin Airi, Siwon, Yesung and all cast
Genre    : Action, sains, brothership, romance, fantasy



Annyeonghaseyo...

Chapter 2
 The Sadly Man



Seoul, Korea selatan, 2015...

       Udara pagi ini begitu menyusuk, sudah mendekati awal musim dingin. Di pinggiran jalan banyak orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitas masing-masing, di halte bus tampak seorang pemuda berkulit coklat duduk melamun memandangi orang-orang yang melintas di depannya. Pandangan matanya menerawang, dia seolah-olah kehilangan kesadaran namun matanya tetap tebuka lebar.
      Seorang pria tua bertopi kulit, berwajah seperti orang eropa melihat sosok pemuda aneh yang tidak beranjak dari tempatnya beberapa jam yang lalu, pria tua itu menyentuh kaca matanya dan menajamkan pandangannya pada sosok anak muda yang pandangannya terus menerawang. Pria tua itu menyadari ada yang aneh pada anak muda ini, kepalanya ada luka memar dan hidungnya masih tersisa darah yang sudah mengering, dan sudut bibirnya ada luka sobekan kecil namun tetap terlihat jelas.

"Permisi anak muda..." pria tua itu berusaha menyapa pemuda itu dengan ragu, namun dia merasa tidak tega jika melihat keadaan pemuda itu dari jarak yang dekat.

Pemuda itu hanya menoleh namun tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Namun Pria tua berwajah asing itu tidak menyerah begitu saja.

"Nak, ada yang bisa saya bantu ?" tanya pria tua itu, dia cukup fasih berbahasa korea meski logatnya tidak sekental warga Korea yang asli.

Namun tetap tidak ada jawaban dari mulut pemuda itu, dia masih diam seribu bahasa. Tapi terlihat dari sorot matanya yang sendu, dia terlihat sangat sedih bukan hanya sedih lebih tepatnya dari sorot matanya dia terlihat begitu menderita, meskipun ini hanya dugaan pria tua itu saja.

"Nak... ?" tanya pria tua itu kembali, dia terkejut melihat tetesan bening keluar dari mata pemuda itu namun dia tetap tidak bersuara. Pemuda itu terlihat menahan air matanya sekuat tenaga, dia mengepalkan tangannya yang bergetar hebat.

"Kau baik-baik saja ?" pria tua itu mulai mengambil tindakan, dia menyentuh pundak pemuda berkulit putih kecoklatan itu.

"Ukh... !" ucapnya samar, dia seolah-olah mengeluhkan sesuatu. Pria tua itu duduk di samping pemuda itu, dia mencoba menenangkan anak muda yang baru saja dia temui.

"Jika ada sesuatu, katakan saja. Mungkin paman bisa menolongmu ?" tanya pria tua itu menawarkan bantuan

"A...adik...Adikku.." jawabnya terbata-bata, tubuhnya gemetar hebat sampai mengeluarkan keringat dingin.

"Kenapa dengan adikmu ?"

"To...tolong adikku... tolong selamatkan adikku... kalau tidak dia bisa mati" jawabnya lirih. Pria tua itu kaget mendengar ucapan pemuda itu, tepat seperti dugaannya ada yang tidak beres dengan anak ini saat pertama kali dia melihatnya.

"Dimana adikmu sekarang ?" tanya pria tua itu sambil berdiri dan mengangkat tasnya.

"Dirumah" jawabnya singkat.

"Kalau begitu, bawa paman kerumahmu sekarang... cepat !" perintahnya.

Dengan bergegas mereka menyetop sebuah taxi yang melintas dan membawa mereka ke sebuah tempat yang cukup terpencil.

"Dimana rumahmu ?" tanya pria tua itu. Dia bingung melihat keadaan di sekelilingnya tidak ada rumah, yang terlihat hanya padang bunga dan pepohonan yang tinggi.

"Di situ, di dekat pohon besar itu..." jawabnya sambil menunjuk pohon yang sangat besar.

Pria tua itu tidak menjawab, dia hanya mengikuti langkah kaki pemuda itu yang terlihat sangat tergesa-gesa. Setelah sampai di tempat yang di maksud rumah oleh pemuda itu, sungguh membuat pria itu terkejut. tempat ini tidak seperti rumah, hanya sebuah pondok yang terbuat dari kayu tua dan beratapkan jerami.
"Kyungsoo..." teriak pemuda itu dengan sangat keras. Pria tua kaget setengah mati mendengar teriakannya dan langsung melangkah masuk ke dalam gubuk reyot itu.

"Oh... tidak..." pria tua itu tidak sanggup berkata-kata melihat keadaan seorang pemuda di depannya.

Sungguh menyedihkan, tubuhnya kurus dan wajahnya sangat pucat, mulutnya mengeluarkan busa, di perutnya ada lilitan kain. Banyak sampah makanan yang sudah berbau busuk berserakan di lantai.

"Dia keracunan..." ucap pria tua itu setelah memeriksa keadaan anak laki-laki yang sudah jatuh pingsan dengan mata terbelalak.

"Keracunan ?"

"Iya, ayo kita bawa ke rumah sakit.”
Mereka membawa anak anak laki-laki yang sedang sekarat itu ke rumah sakit terdekat. Dokter dan suster segera membawanya ke ruang UGD.
“Maaf, kamu tidak boleh masuk.” Ucap seorang suster yang menghalangi pintu masuk saat pemuda berkulit kecoklatan itu mengikuti dokter yang membawa adiknya.
“Biarkan saya melihat adik saya suster, saya mohon ?” pintanya memelas, matanya mulai berkaca-kaca.
“Tapi kamu tetap tidak boleh masuk, tunggulah di luar dan biarkan dokter memeriksanya.” Suster itu langsung memutup pintu UGD guna mencegah pemuda itu memaksa untuk masuk.
Pemuda itu terduduk di depan pintu ruangan dimana adiknya di periksa. Bajunya di basahi keringat dan air matanya mulai mengalir deras bersama suara yang ikut keluar dari mulutnya.
“Dio….” Teriaknya sambil terisak pilu di depan pintu, dia membuat orang-orang di koridor itu memandangnya.
Pria tua itu merasa iba melihat keadaan pemuda itu, dia langsung menarik lengannya untuk berdiri dan duduk di tempat semestinya yaitu kursi yang berjejer di dinding koridor rumah sakit.
“Kamu laki-lakikan ? kenapa menangis ?” tanya pria tua itu sembari menyentuh lembut pundak pemuda malang itu.
“Dio… ini semua salahku… ini salahku…” teriaknya, airmatanya sudah membasahi pipinya yang mulai memerah. Bahkan luka di wajah dan tubuhnya tidak dia pikirkan lagi.
“Siapa namamu nak ?”
“Kim Jong in…” jawabnya lemah.
“Anak laki-laki itu adikmu ?”
“Iya, dia saudaraku satu-satunya.”
“Sebenarnya apa  yang terjadi ? kenapa adikmu sampai memakan makanan busuk ?” tanya pria tua itu prihatin.
“Karena kami tidak punya uang untuk membeli makanan, adikku menemukan makanan di dalam tong sampah dan membawanya pulang.” Jawabnya sambil terus menangis.
“Dimana orang tua kalian ?”
“Ibuku sudah meninggal dan ayah…. Ayah di penjara.” Jawabnya dengan suara begetar.
“Ya… Tuhan… apa kalian tinggal di rumah itu ?”
“Iya, rumah kami yang lama di sita dan kami kami terpaksa tinggal di situ.Ayahku terlilit banyak hutang sampai kami yang harus menanggung semuanya.” Jawabnya. Suara tangisannya semakin keras dan terdengar sangat memilukan.
Luka di hidungnya kembali mengeluarkan darah, dia merasakan sakit yang luar biasa yang membuat sekujur tubuhnya hampir mati rasa.
“Kenapa kamu luka-luka begini ?”
“Sa…saya… saya di pukuli karena saya…” jawabnya ragu.
“Kenapa nak ? ceritakanlah, paman akan berusaha menolongmu.”
“Sa..saya… saya mencuri di dalam sebuah toko, pemiliknya melihat dan berteriak awalnya saya berhasil kabur namun ada seorang pemuda  yang tidak sengaja saya tabrak dan saat itulah orang-orang yang mengejar saya memukuli dan membawa saya ke kantor polisi.”
“Terus bagaimana ?”
“Karena laki-laki yang saya tabrak tadi merasa kasihan dia menolong saya dan membebaskan saya, sebelum sempat berterima kasih dia sudah pergi.” Jawabnya menjelaskan sembari menghapus air matanya yang terus mengalir.
“Sudah… tenangkan dirimu, adikmu akan baik-baik saja. Percayalah ?”
“Dari mana paman tahu ?”
“Adikmu hanya keracunan makanan, dia memakan makanan yang hampir busuk dan juga kadaluarsa. Tapi dia akan baik-baik saja.” Jawabnya sambil tersenyum.
Kai berdiri dengan raut wajah yang memilukan, pria tua itu menahan kai saat dia mulai melangkah pergi, kai sebenarnya tidak sanggup namun dia berusaha bertahan sekuat tenaga.
“Kamu mau kemana Jong in ?”
“Bisakah paman di sini sebentar saja.” Pintanya.
“Kenapa ?”
“Saya mau mencari uang untuk membiyayai pengobatan adik saya.” Jawabnya. Kakinya kembali melangkah sambil terhuyung, perutnya yang masih perih terpaksa di tahan.
“Jong in tunggu…” seru pria tua itu menghentikan langkah kaki Kai.
“Ada apa paman ?”
“Kau tidak usah mencari uang, tetaplah disini dan tunggu adikmu sampai dia sadar. Masalah biaya biar paman yang menanggungnya.”
“Tapi paman…”
“Sudahlah, tetaplah disini paman akan segera kembali.” Ucapnya sambil bergegas pergi ke ruangan administrasi rumah sakit.
Kai terduduk lemah di seorang diri, dia masih menahan perutnya yang terasa perih akibat pukulan benda keras di campur rasa lapar yang luar biasa karena di tidak memakan apa pun sejak kemarin pagi.
“Anda Kim Jong in ? tanya seorang perawat yang sudah berdiri di depan Kai.
“I…iya suster.” Jawab Kai sambil menelan ludah.
“Bisa ikut saya ke ruangan, dokter meminta anda masuk untuk melakukan pengobatan terhadap luka-luka anda.”
“Tapi bagaimana dengan saudara saya ?”
“Saudara anda baik-baik saja, dia sudah sadar dan anda bisa menemuinya nanti setelah luka anda di obati.” Jawab perawat itu sambil tersenyum lembut.
“Baik suster.” Kai mengikuti perawat itu ke dalam ruangan untuk di obati, setelah itu Kai masuk ke ruangan adiknya untuk melihat keadaannya.
“Hyung… ?” seru Kyungsoo dengan suara lemah, wajahnya masih terlihat pucat namun tidak seperah sebelum dia di bawa kerumah sakit ini.
Kai terdiam menahan emosinya, matanya mulai berkaca-kaca tapi dia berusaha menahannya. Dia tidak ingin adiknya melihatnya sedang menangis.
“Kenapa ?” tanya Kai pelan.
“Hyung…” Kyungsoo tidak mengerti ucapan kakaknya, dia hanya memandang wajah sang kakak dengan penuh penyesalan.
“Kenapa kau makan makanan itu ? kau mau mati ya… kau mau mati dasar bodoh…” teriaknya membuat Kyungsoo terkejut.
“Ma…maafkan aku Hyung, maafkan aku…” Kyungsoo menangis, dia sangat menyesal karena membuat kakaknya menangis.
“Bodoh… bodoh sekali kau…” Kai terus mengumpat, kepalanya tertunduk. Air mata yang sudah dia tahan sekuat tenaga akhirnya mengalir juga.
“Maafkan aku hyung… aku tidak tega melihat hyung bekerja siang malam untuk membeli makanan dan obatku, aku mencarinya sendiri dan aku tidak tahu makanan itu sudah kadaluarsa…” jawabnya dalam tangis.
Kai memeluk adiknya dengan erat, dia tidak sanggup melihat adiknya hidup menderita seperti ini. Kai merasa dirinya tidak berguna sebagai seorang kakak.
“Dio… maafkan hyung, maaf karena hyung tidak bisa membuatmu bahagia…” Kai semakin terisak ketika dia mengingat wajah ibunya yang meninggal dalam keadaan sakit dan kelaparan, dia melihat air mata ibunya mengalir sesaat sebelum meninggal.
Rasa sakit di hatinya semakin menjadi ketika mengingat sang ayah yang di tembaki polisi saat mencoba kabur ketika di tangkap. Kai melihat keadaan ayahnya yang sungguh menyedihkan, kakinya terluka parah karena terkena tembakan polisi belum, lagi tubuh ayahnya yang menjadi kurus kering sejak menjadi pecandu narkoba.
“Hyung… kenapa aku bisa ada di rumah sakit ? siapa yang akan membayar semua biayanya ?” tanya Kyungsoo sambil menghapus air mata hyungnya.
“Ada seorang paman yang kutemui di halte bis, dia sangat baik dan membawamu ke rumah sakit.” Jawab Kai.
“Dimana paman itu sekarang ?” 
"Dia pergi ke ruang administrasi rumah sakit, katanya dia akan kembali lagi." jawab Kai.

   Sekitar 30 menit kemudian Pria tua itu kembali danm masuk ke da;am ruangan tempat Kyungsoo di rawat. 

"Halo anak muda... ?" sapa pria tua itu sembari melempar senyuman.
"Hah... ?"mata Kyungsoo melotot ketika melihat pria tua berwajah asing masuk kedalam ruangannya.
"Kenapa kaget begitu ?" tanya pria tua itu.
"Si...siapa anda ?" tanya Kyungsoo tak percaya.
"Dio sebenarnya paman ini yang menolong kita, dia yang membawamu ke rumah sakit." jawab kai.
"Benarkah ? terima kasih paman." 
"Iya, bagaimana kedaanmu kyungsoo ?" tanya pria tua itu sambil mengusap lembut rambut kyungsoo.
"Saya sudah merasa lebih baik." jawabnya, dia merasa nyaman di elus seperti itu.
"Syukurlah kalau begitu."
"Oh iya paman, nama paman siapa ?" tanya Kai, dia sampai lupa menanyakan nama orang yang sudah membantunya.
"Nama paman Colin Morgan, kalian bisa memanggil paman Colin." jawabnya sambil duduk di atas sebuah kursi.
"Paman bekerja dimana ?" Kyungsoo kembali bertanya.
"Paman bekerja di laboratorium."
"Sebagai apa ?" tanya Kai.
"Profesor." jawabnya singkat.
"Apa ? profesor ?" tanya Kai dan kyungsoo serentak, mereka kaget tak menyangka orang yang menolong mereka adalah seorang profesor dari luar negeri.




Next...